Senin, 19 Desember 2011

wacana (Bahasa Indonesia)


WACANA
Bahasa dan Fungsi Bahasa
          Bahasa secara universal adalah bentuk ungkapan dalam wajud ujaran, yang memiliki sifat sistematik, mana suka, manusiawi, dan komunikatif.
          Bahasa dapat dikaji dari sisi sifat-sifat formal bahasa, di sisi lain bahasa dapat pula dikaji untuk apa bahasa itu digunakan.
          Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komuniukasi.
          Dalam mengemban fungsi komunilkasi bahasa, ada dua bentuk komunikasi: komunikasi yang bersifat transaksional dan komunikasi yang bersifat interaksional.
          Dalam pandangan transaksional, bahasa digunakan dalam komunikasi semata-mata untuk menyampaikan pesan atau informasi secara efektif. Pola komunikasi dalam fungsi bahasa ini umumnya bersifat satu arah.
          Dalam pandangan interaksional, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi terutama bertujuan untuk memelihara dan memantapkan hubungan-hubungan sosial. Pola komunikasi dalam fungsi bahasa ini bersifat dua arah, atau multi arah.
          Wacana sebagai disiplin ilmu bahasa memfokuskan kajiannya pada fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi antar penutur dengan titik tekan pada untuk apa bahasa itu digunakan, bagaimana bahasa itu digunakan, dan aspek-aspek apa saja yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut.

Sejarah
n  Pada mulanya linguistik merupakan bagian dari filsafat. Linguistik modern, yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure pada akhir abad ke-19, mengkaji bahasa secara ilmiah. Kajian lingusitik modern pada umumnya terbatas pada masalah unsur-unsur bahasa, seperti bunyi, kata, frase, dan kalimat serta unsur makna (semantik). Kajian linguistik rupanya belum memuaskan. Banyak permasalahan bahasa yang belum dapat diselesaikan. Akibatnya, para ahli mencoba untuk mengembangkan disiplin kajian baru yang disebut analisis wacana.
Analisis wacana menginterpretasi makna sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks meliputi konteks linguistik dan konteks etnografi. Konteks linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti, sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa.
Manfaat melakukan kegiatan analisis wacana adalah memahami hakikat bahasa, memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa.
  • Wacana sejak kemunculannya tahun 1970-an telah diakuai sebagai disiplin ilmu tersendiri.
  • Wacana sebagai disiplin ilmu tersendiri merupakan titik temu antara berbagai disiplin ilmu seperti linguistik, psikologi, sosiologi, antropologi, sejarah, politik, filsafat, dan komunikasi masa.
  • Di Indonesia, wacana mulai ramai dibicarakan dan dikajai oleh para ahli bahasa pada tahun 1980-an 
Pengertian
*       Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap (utuh), dan merupakan satuan tertinggi dalam hirarki gramatikal yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh berupa novel, buku, ensiklopedia, paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
*       Wacana adalah Perkataan, ucapan, tutur yang merupakan satu kesatuan.
*       Wacana merupakan Keseluruhan tutur yang menggambarkan muatan makna (semantik).
*       Wacana adalah satu peristiwa yang terstruktur yang diwujudkan dalam perilaku linguistik.
*       Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya, membentuk satu kesatuan.
*       Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan maupun tulisan
Wacana tulis dan wacana Lisan
n  Wacana Tulis: Unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat yang berupa paragraf, cerita pendek, undangan atau yang lainnya, dalam bentuk tulisan. Namun ada juga wacana tulis yang tidak selengkap itu, bahkan hanya berupa kata, atau kalimat, tetapi telah memiliki pesan yang jelas. Contoh: “copet!”, “kocok dulu sebelum diminum”
n  Wacana Lisan: Perkataan, ucapan, tutur yang merupakan satu kesatuan. Wacana lisan selalu diiringi faktor-faktor non kebahasaan, seperti nada suara, intonasi, mimik, dan gerakan tubuh lainnya. Karena waktor inilah maka wacana lisan sering muncul dalam bentuk yang sangat sederhana dan dalam bentuk gramatika yang sering tidak formal
                        


Peran konteks dalam wacana
Konteks merupakan situasi tutur yang dapat mempengaruhi makna suatu interaksi. Konteks berhubungan dengan:
          Konteks yang berhubungan dengan partisipan interaksi seperti: penyapa, pesapa,  dan status sosial masing-masing.
          Konteks yang berhubungan dengan tempat dan waktu. Tempat formal, waktu pagi atau siang hari, akan melahirkan wacana formal, atau atau sebaliknya.
          Konteks yang berhubungan dengan dengan topik. Suatu interaksi akan berjalan lancar jika menggunakan topik tertentu. Namun dalam kehidupan sehari-hari sering sebuah interaksi menggunakan topik yang sangat komplek, yang dalam wacana disebut kerangka topik.
          Konteks yang berhubungan dengan saluran interaksi yang digunakan. Dapat berupa lisan, tulisan, isyarat, kentongan dan sebagainya. Penggunaan setiap saluran dalam suasana formal akan bermakna berbeda dengan non formal.
          Konteks yang berhubungan dengan kode yang digunakan. Orang yang menggunakan bahasa daerah untuk berinteraksi dengan temannya akan merasa lebih bebas, jika dibanding dengan memilih kode formal, misalnya menggunakan bahasa Indonesia dalam gramatikal yang lengkap.
          Konteks yang berhubungan dengan bentuk pesan beserta isinya. Ini berhungan dengan bagaimana pesan dan isi wacana dapat dipahami oleh partisipan, sekalipun melalui lawakan, parikan, puisi dan lain sebagainya.
          Konteks yang berhubungan dengan peristiwa dengan sifat-sifatnya yang khusus. Misal: Kotbah pengajian dengan selingan lelucon, arisan ibu-ibu PKK dengan pameran perhiasan dan biro jodoh, dll.
          Konteks yang berhubungan dengan nada pembicaraan, serius, sinis, sarkastik, rayuan, dan lain sebagainya.

Prinsip Interpretasi Lokal dan Analogi
Pada dasarnya pendengar dan pembaca menginterpretasikan suatu wacana dengan menggunakan prinsip interpretasi lokal dan prinsip analogi
          Prinsip interpretasi lokal mengharuskan pendengar untuk melihat konteks yang terdekat. Orang yang dipersilakan duduk, tentu akan mencari tempat duduk terdekat. Demikian juga dengan orang yang diminta menyalakan lampu kamar, akan menekan tombol lampu kamar terdekat.
          Prinsip Analogi mengharuskan pendengar/pembaca menginterpretasikan suatu teks seperti yang telah diketahui sebelumnya, kecuali ada penjelasan yang lebih rinci.Contoh: “jual bensin campur solar”, ketika ada orang mau beli bensin campur, tentu yang dicampur adalah bensin dan oli, bukan bensin dan solar.

Implikatur, Praanggapan, Inferensi, dan Referensi dalam Wacana
  • Wacana sangat memperhatikan hubungan antara pembicara/ pendengar dan penulis/ pembaca. Wacana lebih menekankan hubungan pembicara/ pendengar daripada hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya. Dalam hubungannya dengan ini perlu dikemukakan istilah:
  • Implikatur:  ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. “adik, air yang direbus barangkali sudah mendidih.”
  • Praanggapan: pengetahuan bersama (common ground) antara pembicara dan pendengar sehingga tidak perlu diutarakan. Sumber praanggapan adalah pembicara, pembicaralah yang berpraanggapan bahwa pendengar memahami apa yang dipraangapkan.
  • Inferensi: merupakan kesimpulan yang harus dibuat sendiri oleh pendengar, karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara. Sering digunakan sebagai asumsi untuk menjembatani dua hal atau ujaran yang terkait tetapi kurang jelas keterkaitannya.
Contoh:
  1. Anak-anak merasa gembira ketika ibu membagi-bagikan bekal makanan.
  2. Sayang gudegnya sedikit basi.
Inferensi yang menjembatani dua ujaran tersebut,
c. Bekal yang dibagikan ibu lauknya gudeg komplit
  • Referensi: dalam analisis wacana referensi mengacu pada benda, binatang, atau orang yang dimaksudkan oleh pembicara. Tugas pendengar/pembaca adalah mengidentifikasi sesuatu yang dimaksud oleh pembicara/penulis. Oleh karena setiap orang memiliki representasi berbeda-beda terhadap dunia dan isinya, maka referensi yang dimaksud oleh pembicara belum tentu dipahami sama oleh pendengar. Untuk memperkecil perbedaan ini maka pembicara mengacu pada referensi tertentu, Contoh:
  1. Teman kita Mimin baru saja membeli sebuah sepeda motor.
  2. Rahayu ingin mendapatkan pekerjaan baru.
Kohesi dan Koherensi dalam wacana
n  Kohesi merupakan keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Kohesi mengacu pada perpautan bentuk.
Hubungan kohesif sering ditandai oleh pemarkah sebagai berikut:
  1. Aditif seperti: dan, atau, selanjutnya, tambahan pula.
  2. Adversatif seperti: tetapi, sebaliknya, walaupun demikian, namun.
  3. Kausal seperti: jadi, akibatnya, oleh karena itu.
  4. Temporal seperti: lalu, setelah itu, seminggu kemudian, akhirnya.
Dalam banyak hal hubungan keserasian antarunsur dalam wacana tidak selalu menggunakan pemarkah, namun kohesinya masih sangat terasa.
          Koherensi merupakan perpautan makna dalam suatu wacana sehingga membentuk keutuhan makna. Wacana yang baik umumnya mengandung unsur kohesi dan koherensi. Artinya terdapat perpautan unsur-unsur kalimat, dan perpautan makna yang padu. Namun demikian sering ditemui sebuah wacana tampak tidak kohesif, tetapi masih keheren (dapat dipahami dengan jelas maknanya). Misalnya:
        Discout, Ruko 3 Lt, AC. Telp.4 line. Perkant. Cempaka Putih. Jl. Let. Jend. Suprapto sebelah BRI, sederetan dengan LIPPO dan Exim Bank. Min 2 th. Hub. Wassy 371121, 4209900
JENIS-JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
Berdasarkan saluran yang digunakan:
  1. Wacana Tulis: cenderung bersifat gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frase benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat.
  2. Wacana Lisan: Cenderung kurang terstruktrur  (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frase benda tidak panjang, berstruktur topik-komen.
Berdasarkan Jumlah Peserta Yang Terlibat:
  1. Wacana Monolog: dalam satu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta lainnya.
  2. Wacana Dialog: apabila jumlah peserta komunikasi 2 orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar, atau sebaliknya).
  3. Wacana polilog: apabila peserta dalam komunikasi lebih dari  dua orang dan terjadi pergantian peran pembicara-pendengar.
Berdasarkan Tujuan Berkomunikasi:
  1. Wacana Deskripsi: bertujuan membentuk suatu citra (imaginasi) tentang suatu hal pada penerima pesan. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana deskripsi adalah emosi.
  2. Wacana Eksposisi: bertujuan menerangkan sesuatu hal kepada penerima pesan agar yang bersangkutan memahaminya. Sering berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan.
  3. Wacana Argumentasi: Bertujuan mempengaruhi pendengar/ pembaca agar mau menerima pernyataan yang dipertahankannya, baik yang didasarkan pada pada pertimbangan logika maupun emosional. Untuk mempertahankan argumen dalam wacana ini diperlukan bukti-bukti yang mendukung.
Wacana Persuasi: bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan (pembicara atau penulis). Untuk mencapai tujuan mempengaruhi ini segala upaya digunakan dalam wacana ini, bahkan alasan yang tidak rasional sakalipun.
Wacana Narasi: bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa kepada pendengan atau pembaca. Isi wacana ini adalah cerita, oleh karena itu unsur-unsur yang biasa ada dalam wacana narasi adalah unsur waktu (kapan peristiwa itu terjadi), unsur tempat (di mana peristiwa itu terjadi), unsur pelaku (siapa pelaku peristiwa itu), unsur peristiwa (kejadian), dan unsur situasi (situasi yang melingkupi peristiwa).

Analisislah Wacana Berikut:
Dialog Yati Pesek dengan Gareng Lawak
dalam sebuah pementasan:
YP : Reng, tak critani ya? Ini pengalamanku waktu aku jadi
        kemnten baru.
Gr : Crita apa to itu?
YP : Begini, waktu aku jadi temanten baru, malam pertama
        sebelum masuk kamar tidur aku ke jedhing dulu. Karena 
        tergesa-gesa aku kliru ngambil handuk. Yang tak ambil
        ternyata bukan handhuk, tetapi spanduk kolam renang,
        dan tak gunakne untuk tapih.
Gr : Opo hubungannya dengan temanten baru yu?
YP : Mengko dhisik rungokno. Ngerti aku pakai tapih
        sepanduk kolam renang, suamiku lari tunggang-
        langgang  kayak wong kesetanan.
Gr : Lha kok bisa ngono?
YP : Ya ternyata di sepanduk itu tertulis “kedalaman 3,5 m”
        pas di bawah perutku.
Gr : Dasar wong edan
(Piranti AW: Praanggapan, konteks, genre, implikatur, kehesi,
koherensi)

Senin, 07 November 2011

Makalah Sejarah Perkembangan Ilmu Politik



SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK
MAKALAH ILMU POLITIK/ POLITIK SCIENCE PAPERS
images (2).jpg
Dosen Pembimbing/ lecturers:
Ignatius Adiwidjaja, S.Sos.,M.Si
Disusun oleh/ compiled by:
Kelompok 1 (satu)
Ketua kelompok/ chairman of the group:
1.      Akasius Akang.
NIM 2011210005
Anggota kelompok/ group members:
2. Agus. NIM 2011210001
3. Achmad Yasir.NIM 2011210002
4. Agus Nurhidayat.NIM 2011210004
5. Aulia Baihaqi.NIM
Fakultas/Jurusan(Faculty/Department)
Ilmu Sosisal dan Ilmu Politik/ Ilmu Administrasi Negara
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
TAHUN AJARAN/ ACADEMIC YEAR 2011/2012





DAFTAR ISI/ TABLE OF CONTENTS
Daftar isi……………………………………………………...............................      2
Kata Pengantar………………………………………………………………….      3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………… …………………………..................            4
Pokok Permasalahan ………………………………………………………….....     5
Perumusan masalah………………………………………………………………..   5
BAB II PEMBAHASAN
Tujuan…………………………………………………………………………         6
Proses Sejarah Perkembangan Ilmu Politik……………………………………         6
Definisi/ Pengertian Ilmu Politik………………………………………………        7
Ruang Lingkup…………………………………………………………………       9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………......................      12
Saran………………….........................................................................................      12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...     13














Kata Pengantar/ foreword
Segala puji syukur bagi Tuhan yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak  sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui proses sejarah perkembangan ilmu politik sejak awalnya hingga saat ini yang kami ambil dari berbagai sumber. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar diri penyusun. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “Sejarah Perkembangan Ilmu Politik” dan dibuat karena menarik perhatian  penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia perkembangan ilmu politik. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan . Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

















BAB I
PENDAHULUAN (preliminary)
A.    LATAR BELAKANG MASALAH (background problem)
Ilmu politik diawali dengan baik pada masa Yunani Kuno, membuat peningkatan pada masa Romawi, tidak terlalu berkembang di Zaman Pertengahan, sedikit berkembang pada Zaman Renaissance dan Penerangan, membuat beberapa perkembangan substansial pada abad 19, dan kemudian berkembang sangat pesat pada abad 20 karena ilmu politik mendapatkan karakteristik tersendiri. Ilmu politik sebagai pemikiran mengenai Negara sudah dimulai pada tahun 450 S.M. seperti dalam karya Herodotus, Plato, Aristoteles, dan lainnya. Di beberapa pusat kebudayaan Asia seperti India dan Cina, telah terkumpul beberapa karya tulis bermutu. Tulisan-tulisan dari India terkumpul dalam kesusasteraan Dharmasatra dan Arthasastra, berasal kira-kira dari tahun 500 S.M. Di antara filsuf Cina terkenal, ada Konfusius, Mencius, dan Shan Yang (±350 S.M.).
Di Indonesia sendiri ada beberapa karya tulis tentang kenegaraan, misalnya Negarakertagama sekitar abad 13 dan Babad Tanah Jawi. Kesusasteraan di Negara-negara Asia mulai mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran Barat yang dibawa oleh Negara-negara penjajah dari Barat.
Di Negara-negara benua Eropa sendiri bahasan mengenai politik pada abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum, karena itu ilmu politik hanya berfokus pada negara. Selain ilmu hukum, pengaruh ilmu sejarah dan filsafat pada ilmu politik masih terasa sampai perang Dunia II.
Di Amerika Serikat terjadi perkembangan berbeda, karena ada keinginan untuk membebaskan diri dari tekanan yuridis, dan lebih mendasarkan diri pada pengumpulan data empiris. Perkembangan selanjutnya bersamaan dengan perkembangan sosiologi dan psikologi, sehingga dua cabang ilmu tersebut sangat mempengaruhi ilmu politik. Perkembangan selanjutnya berjalan dengan cepat, dapat dilihat dengan didirikannya American Political Science Association pada 1904.
 Ilmu politik masa kini telah berkembang dari berbagi bidang studi yang berkaitan termasuk sejarah, filsafat, hokum dan ekonomi. Ditinjau dari tahap perkembangannya sebagai ilmu, memang tidak dapat disangkal bahwa ilmu politik agak tertinggal dibelakang jika dibandingkan dengan ilmu lainnya, seperti ilmu ekonomi yang mengalami kemajuan yang pesat seiring denagn era “revolusi industry” pertengahan abad XVIII.
            Lalu mengapa ada para pakar ilmu politik yang menyebut ilmu politik sebagai “ratu” ilmu-ilmu masyarakat? Seperti halnya matematika sebagai ratu ilmu-ilmu eksakta. Kemungkinan alasannya antara lain adalah karena ilmu politik mempelajari serta memmusatkan kajiannya pada hal ikhwal yang menyangkut gejala-gejala (fenomena) paling hakiki dan mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu perjuangan untuk kekuasaan(struggle of power), atau minimal perjuangan untuk hidup(struggle of life) ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Selain itu karena ilmu politik mempelajari negara dan pemerintahan yang merupakan organisasi pada peringkat tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa bagi manusia. (May Rudy, 2003)
           





B.     POKOK PERMASALAHAN.( subject matter)
Ilmu politik dapat kita katakan sebagai ilmu yang tertua, baik diantara ilmu-ilmu sosial, maupun jika mencakup ilmu-ilmu eksakta. Ilmu politik dalam bentuk awalnya yang paling sederhana yaitu praktek-praktek politik telah dikenal dan dipelajari sejak 25 abad yang lalu. Sejak sekitar 500 tahun  sebelum masehi, pada zaman yunani kuno ketika masyarakat politik yang masih bersifat polis atau politea(Negara kota, city state) didalam bentuknya yang sangat sederhana. Sayangnya, ilmu politik agak lambat dalam tahap-tahap perkembangannya untuk menjadi disiplin ilmu tersendiri.
Bahkan kata “ilmu politik” baru dikembangkan oleh Jean Bodin ( pertengahan abad XVI, tahun 1576), setelah Niccolo Machiavelli (awal abad XVI, era “renaissance” melalui bukunya The Prince merintis pengkajian (ilmu) politik secara semi-ilmiah. Lalu sekitar abad XVIII muncul pemikir baru seperti  Montesquiueu, J.J Rosseu dan John Lock ( dalam “era pencerahan” atau “era of enlightenment”). Hingga kemudian pada abad XX baru menjadi perhatian lagi guna dikembangkan secara ilmiah, sebagai displin ilmu yang mandiri.


C.    PERUMUSAN MASALAH.( formulation of the problem)
Kita tahu bahwa Dalam Sejarah Perkembangan Ilmu politik terdapat proses yang sangat lama dan mempunyai Sejarah tersendiri yang sangat panjang dalam Sejarah Perkembangannya, dari sebelum politik menjadi disiplin ilmu sampai politik  menjadi disiplin ilmu sebagaimana yang kita kenal saat ini dengan “Ilmu Politik”. Oleh karena itu  untuk mempermudah pembaca memahami sejarah perkembangan ilmu politik, maka kami merumuskannya kedalam empat bagian masalah yang akan dibahas pada bab berikutnya, perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
A.    Apa tujuan penulisan makalah Sejarah Perkembangan Ilmu Politik? ( What is the purpose of writing the history of political science papers?)
B.     Bagaimana proses Sejarah Perkembangan Ilmu Politik? ( How the history of the development of political science?)
C.     Apakah Pengertian/ Definisi Ilmu Politik? ( Whether the understanding/definition of the political science?)
D.    Apa saja Ruang Lingkup Ilmu Politik? ( What are the scope of the political science?)





BAB II
PEMBAHASAN(discussion)
A.    Tujuan Penulisan(the purpose of writing)
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui bagaimana proses sejarah perkembangan ilmu politik. Politik berlangsung pada lingkungan yang disebut “Sisitem Politik”. Demikian pula, ilmu politik adalah imu untuk diterapkan dalam menganalisis interaksi dalam system politik. Kegunaannya adalah untuk memahami apa yang terjadi, hal-hal apa atau faktor apa  saja yang mempengaruhinya, samapai pada predikat tentang apa yang akan terjadi sebagai kelanjutannya.

B.     Proses Sejarah Perkembangan Ilmu Politik(the process of Historical development of political science)
Dapat dikatakan bahwa ilmu politik dilahirkan di Yunani (dengan tokoh Plato, Aristoteles, Thuycidides) sekitar 4-5 abad sebelum bermulanya tahun masehi, berlanjut pada zaman Romawi (dengan tokoh Polybius dan Cicero). Lalu dibangkitkan oleh Niccolo Maciavelli di Italia (awal abad XVI), sebelum dibahas di Perancis (ahir abad XVI), dimantapkan di Inggris dan Jerman (awal abad XIX. Sampai pada akhirnya, diakui dan berkembang dengan pesat sebagai disiplin ilmu yang mandiri di Amerika Serikat (awal abad XX). Akan tetapi perkembangannya sebagai disiplin ilmu yang dikembangkan secara mandiri barulah terwujud menjelang akhir abad XIX.
Di Indonesia disiplin ilmu politik berkembang abad 13 M yang dibuktikan dengan kitab Natakertagama dan Babad Tanah Jawi.
            Miriam Budiardjo (dasar-dasar Ilmu Politik, 2005:2-3) menulis bahwa sesudah perang dunia ke II perkembangan ilmu politik semakin pesat. Di Negara Belanda, dimana waktu itu penelitian mengenai Negara dimonopoli oleh Fakultas Hukum, didirikan Faculteit der Sociale Wetenschappen pada tahun1947 di Amsterdam. Di Indonesia pun didirikan fakultas-fakultas yang serupa, yang dinamakan fakultas Ilmu Sosial dan Politik (seperti pada Universitas Gajah Mada, Yogyakarta) atau Fakultas ilmu-ilmu Sosial (seperti pada Universita Indonesia, Jakarta) dimana ilmu politik merupakan Departemen tersendiri. Akan tetapi, oleh karena pendidikan tinggi ilmu Hukum sangat maju, tidaklah mengherankan apabila pada permulaan perkembangannya, ilmu politik di Indonesia terpengaruh kuat oleh ilmu itu. Akan tetapi dewasa ini konsep-konsep ilmu politik yang berangsur-angsu mulai di kenal.
            Pesatnya perkembangan ilmu politik sesuda perang dunia ke II tersebut juga disebabkan karena mendapat dorongan kuat dari beberapa badan internasional, terutam UNESCO(United Nations Educational Scientific and Cultural Organization). Terdorong oleh tidak adanya keseragaman dalam terminology dalam ilmu politik, UNESCO dalam tahun 1948 menyelenggarakan suatu survey mengenai kedudukan ilmu politik dalam kira-kira 30 negara. Proyek ini dipimpin oleh W. Ebenstein dari Princeton University Amerika Serikat kemudian di bahas oleh beberapa ahli dalam suatu pertemuan di Paris dan menghasilkan buku “Contemporary Political Science”.
 Selanjutnya UNESCO bersama International Political Science Association (IPSA) yang mencakup kira-kira ssepuluh negara, diantaranya negara Barat, di samping India, Meksiko, dan Polandia.





Pada tahun 1952 hasil penelitian ini dibahas di suatu konferensi di Cambridge, Inggris dan hasilnya disusun oleh W. A. Robson dari London School of Economics and Political Science dalam buku The University Teaching of Political Science. Buku ini diterbitkan oleh UNESCO untuk pengajaran beberapa ilmu sosial(termasuk ekonomi, antropologi budaya, dan kriminologi) di perguruan tinggi. Kedua karya ini ditujukan untuk membina perkembangan ilmu politik dan mempertemukan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa-masa berikutnya ilmu-ilmu sosial banyak memanfaatkan penemuan-penemuan dari antropologi, sosiologi, psikologi, dan ekonomi, dan dengan demikian ilmu politik dapat meningkatkan mutunya dengan banyak mengambil model dari cabang ilmu sosial lainnya. Berkat hal ini, wajah ilmu politik telah banyak berubah dan ilmu politik menjadi ilmu yang penting dipelajari untuk mengerti tentang politik.


C.    Definisi/ Pengertian Ilmu Politik(understanding of political science)
Sebelum mendefinisikan apa itu ilmu politik, maka perlu diketahui lebih dulu apa itu politik. Secara etimologis, politik berasal dari bahasa Yunani ”polis” yang berarti kota yang berstatus negara. Secara umum istilah politik dapat diartikan berbagai macam kegiatan dalam suatu negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Menurut Miriam Budiardjo dalam buku ”Dasar-dasar Ilmu Politik”, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang perpolitikan. Politik diartikan sebagai usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang baik. Orang Yunani seperti Plato dan Aristoteles menyebutnya sebagai en dam onia atau the good life (kehidupan yang baik). Menurut Goodin dalam buku “A New Handbook of Political Science”, politik dapat diartikan sebagai penggunaan kekuasaan social secara
paksa. Jadi, ilmu politik dapat diartikan sebaagi sifat dan sumber paksaan itu serta cara menggunakan kekuasaaan sosial dengan paksaan tersebut..

Beberapa definisi berbeda juga diberikan oleh para ahli , misalnya:
1.      Menurut Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari lingkungan kenegaraan.
2.      Menurut Seely dan Stephen Leacock, ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam menangani pemerintahan.
3.      Dilain pihak pemikir Prancis seperti Paul Janet menyikapi ilmu politik sebagai ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip- prinsip pemerintahan, Pendapat ini didukung juga oleh R.N. Gilchrist.





Ilmu politik secara teoritis terbagi kepada dua yaitu :
1.      Valuational artinya ilmu politik berdasarkan moral dan norma politik. Teori valuational ini terdiri dari filsafat politik, ideologi dan politik sistematis.
2.      Non valuational artinya ilmu politik hanya sekedar mendeskripsikan dan mengkomparasikan satu peristiwa dengan peristiwa lain tanpa mengaitkannya dengan moral atau norma.
           

Menurut May Rudy (pengantar ilmu politik,2003:10) ilmu politik dalam arti sempit, menyangkut Negara dan Pemerintahan tapi ilmu politik dalam arti luas mencakup sekitar lima macam objek, sasaran atau pusat perhatian yaitu:
1.      Negara (the state)
2.      Pemerintahan (government)
3.      Kekuasaan dan kewenangan (power and authority)
4.      Kelembagaan Masyarakat (organization of society)
5.      Kegiatan dan tingkah laku politik (Activity and political behavior)
Keanekaragaman objek ilmu politik ini, terlihat dari definisi-definisi ilmu politik yang saling berbeda, tergantung pada sudut pandang orang yang merumuskan definisi tersebut.
Miriam Budiardjo (Dasar-dasar ilmu politik, 2005:9-13) definisi ilmu politik hingga saat ini menurut para ahli belum bisa disatukan dalam satu definisi. Hal ini lebih disebabkan adanya cara pandang/ sudut pandang paar ahli politik tersebut yang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat dibedakan dalam beberapa konsep yang meliputi:
1.      Negara (state)
2.      Kekuasaan (power)
3.      Pengambilan keputusan (Decision making)
4.      Kebijaksanaan (Policy, beleid)
5.      Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation)


a.       Negara (state)
Neagra adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
Menurut roger F. Soltau, “ilmu politik adalah mempelajari Negara, tujuan0tujuan Negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu, hubungan antara Negara dan warga negaranya serta dengan Negara-negara lain.
J. Barent, dalam ilmu politika: Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan Negara yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat; ilmu p0olitik itu mempelajari Negara-negara itu melakukan tugas-tugasnya.


b.      Kekuasaan (power)
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruh orang atau sekelompok lain sesuai denagn keinginan dari pelaku.
Harold D. Lasswell dan A. Kaplan, “ilmu politik adalah mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan.”
Deliar Noer, mengatakan “ilmu politik adalah memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.”
c.       Pengambialan keputusan( Decision making)
Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan - kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini.(membuat pilihan diantara beberapa alternative).
Joyce Mitchel dalam bukunya political Analysis and Public Policy: “politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya.”
Karl. W Deutsch, mengatakan bahwa: “politik adalah pengambilan keputusan melalui sarana umum.
d.      Kebijaksanaan (policy)
Menurut Haoogerwerf, kebijaksanaan umum adalah membangun masyarakat secara terarah melalui pemakaian kekuasaan.
David Elton, “ilmu politik adalah studi mengenai terbentuknya kebijaksanaan umum.
e.       Pembagian ( Distribution)
Pembagian adalah pembagian atau penjatahan dari nilai-nilai masyarakat.

D.    Ruang Lingkup Ilmu Politik(the scope of political science)
wajar bila pendefinisian ilmu politik berbeda-beda. Karena kajian ilmu politik sangat luas sehingga dalam pendefinisiannya pun masing-masing melihat dari sudut pandang berbeda. Tapi yang pasti, ilmu politik kajiannya begitu luas sehingga beragam pendapat tentang bidang telaahan ilmu politik. UNESCO merumuskan kedalam 4 (empat) bidang utama dengan 15 (lima belas)unsur, yaitu:
I.                   Teori politik.( political theory)
1.      Teori-teori politik.( political theories)
2.      Sejarah pemikiran politik.( history of political thought)
II.                Lembaga-Lembaga politik.( political institutions)
1.      Undang-undang Dasar.( constitution)
2.      Pemerintahan Nasional.( national government)
3.      Pemerintahan daerah.( local government)
4.      Administrasi Neagra.( public administration)
5.      Pelaksanaan Fungsi Sosial dan Ekonomi oleh pemerintah.
6.      Perbandingan Pemerintahan dan Lembaga-lembaga politik.


III.             Partai Politik dan Pendapat Umum.( political parties and Public Opinion)
1.      Partai-partai politik.( Political Party)
2.      Kelompok kepentingan dan kelompok Pendesak.( Interest groups and groups of suppressor)
3.      Partisipasi warga Negara dalam pelaksanaan Pemerintah.( the participation of citizens in the implementation of the Government)
4.      Pendapat umum (opini public).
IV.             Hubungan Internasional.( international relations)
1.      Politik Internasional.( international political)
2.      Administrasi dan Organisasi Internasional.(Administration and International Organization)
3.      Hukum Internasional.( international law)
Joseph S. Roucek (dalam introduction to political science,1950. New York; Thomas Y. crowell Co; hlm 18-19) dalam buku May Rudy pengantar Ilmu Politik, 2003:25) membagi ilmu politik ke dalam lima cabang, yaitu:
1.      Teori politik. (Political Theory)
2.      Hukum Kewarganegaraan dan ketatanegaraan. (Citizenship and constitutional law)
3.      Kekuatan-kekuatan Politik. ( Political Powers)
4.      Hubungan Internasional. ( International Relations)
Politik sudah lama diakui sebagai disiplin ilmu pengetahuan sosial yang berdiri sendiri. Salah satu syarat untuk dapat disebut sebagai ilmu disiplin ilmu adalah adanya obyek. Obyek formal politik adalah kekuasaan, sedangkan obyek formal ilmu pemerintahan adalah hubungan-hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah. Sementara obyek ilmu Negara adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan pertumbuhan, perkembangan, sifat, hakikat, dan bentuk-bentuk Negara yang meliputi pengkajian konstitusi, lembaga tertinggi Negara, penduduk dan wilayah.
Obyek materi ilmu Negara sama dengan obyek materi ilmu politik, pemerintahan, administrasi Negara, dan hukum tata Negara yaitu Negara.Obyek materi yang dimaksudkan disini adalah persoalan pokok dan obyek formal aadalah pusat perhatian.







Inu kencana (2000:28), perbedaan obyek materi dan formal ilmu-ilmu kenegaran tersebut dapat dilihat dalam table berikut:
No
Nama disiplin Ilmu Pengetahuan/ The name discipline of Science
Obyek materi/ Material objects
Obyek formal/ Formal Object
1.


2.


3.

4.


5.

Ilmu Politik/Political science


Ilmu Pemerintahan/ Government Science

Ilmu Negara/ the science of the state

Ilmu Hukum Tata Negara/ The Science Of Law Of The State

Ilmu Administrasi/ Administrative Sciences
Negara/state


Negara/state


Negara/state

Negara/state


Negara/state
Kekuasaan, Kekuatan,kelompok elit,keresahan masyarakat dan interst group.

Hubungtan-hubungan pemerintahan, gejala-gejala pemerintahan, peristiwa-peristiwa pemerintahan.

Pertumbuhkembangan Negara, sifat dan hakikat Negara, bentuk dan teori Negara.

Peraturan-peraturan, undang-undang, konvensi, konstitusi, yurispuredensi, keputusan-keputusan, serta hukum-hukum lainnya.

Administrasi, Ketatausahaan, Pelayanan, Manajemen, pengelolaan, Pengawasan serta Koordinasi.












BAB III
PENUTUP/ COVER
A.    Kesimpulan/ conclusion
Apabila Ilmu politik dipandang sebagai salah satu cabang ilmu dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki dasar, rangka, focus dan ruang lingkup yang sudah jelas, maka dapat dikatakan bahwa ilmu politik masih muda usianya, karena baru lahir pada abad ke-19. Pada tahap itu ilmu politik berkembang secara pesat berdampingan dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya, seperti Sosiologi, Anthropologi, dan Physikhologi, dan dalam ini mereka saling mempengaruhi. Akan tetapi, apabila ilmu politik ditinjau dalam rangka yang lebih luas yaitu pembahsan secara rasionil dari berbagai aspek Negara dan kehidupan politik, maka ilmu politik daapt dikatakan jauh lebih tua umurnya. Malahan ia sering dinamakan “ilmu Sosial yang tertua” di dunia.
Ilmu Politik merupakan salah satu bidang ilmu yang terus mengalami perkembangan, seiring dengan dinamika perkembangan masyarakat politik (polity) yang  menjadi kajiannya. Perkembangan itu, contohnya, terlihat dari beragamnya pendekatan (approaches) untuk memahami dan menjelaskan fenomena politik, mulai dari pendekatan kelembagaan, pendekatan perilaku, pendekatan kelembagaan baru, pendekatan post-kelembagaan, dan pendekatan-pendekatan lainnya. Perkembangan ilmu politik juga terlihat dari beragamnya teori yang di antaranya lahir dari studi-studi empiris mengenai fenomena politik, baik dari hasil studi kasus maupun hasil dari perbandingan mengenai fenomena serupa di sejumlah negara atau wilayah. Perkembangan ini tidak lepas dari semakin kompleksnya fenomena politik di berbagai negara di dunia, baik pada level negara, kelompok maupun individu.

B.     Saran/ suggestion
Jika kita pikirkan secara logis ilmu politik sendiri sudah lahir semenjak manusia menduduki bumi, buktinya manusia tidak bisa hidup secara individu, sedangkan ide tentang kenegaraan atau persatuan lahir dari pada sistem kekeluargaan. Keluarga atau famili terdiri dari ibu, bapak dan anak, yang ini merupakan satu kesatuan yang bersifat kecil. Jadi bagaimanapun ilmu politik telah lahir dari kesatuan kecil itu. Perlu diingat ilmu politik ialah ilmu kebijaksanaan.











DAFTAR PUSTAKA/ REFERENCES

Budiardjo,Miriam (Dasar-dasar ilmu politik, 2005
Roucek,Joseph S. (dalam introduction to political science,1950. New York; Thomas Y. crowell Co; hlm 18-19) dalam buku May Rudy pengantar Ilmu Politik, 2003:25)
Sospol.Pendidikanriau.com
Budiarjo,Miriam. Dasar-dasar ilmu politik-edisi ervisi (Jakarta: PT.Gramedia pustaka
utama 2008) hal 13 3Ramlan Surbakti,Memahami Ilmu Politik
(Jakarta:PT.Gramedia,1992),hlm 16 4 UNESCO,Contemporery of Political Science,hal 4
Hari cahyono,cheepy.1986.Ilmu Politik dan Perspektifnya. yogyakarta: Tiarawacana
Surbakti,ramlan.1992.Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Harry cahyono,cheepy.1986.ilmu politik dan perspektifnya(yogyakarta: Tiarawacana) hal 6 2