WACANA
Bahasa dan Fungsi Bahasa
• Bahasa secara universal adalah bentuk ungkapan dalam wajud ujaran, yang memiliki sifat sistematik, mana suka, manusiawi, dan komunikatif.
• Bahasa dapat dikaji dari sisi sifat-sifat formal bahasa, di sisi lain bahasa dapat pula dikaji untuk apa bahasa itu digunakan.
• Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komuniukasi.
• Dalam mengemban fungsi komunilkasi bahasa, ada dua bentuk komunikasi: komunikasi yang bersifat transaksional dan komunikasi yang bersifat interaksional.
• Dalam pandangan transaksional, bahasa digunakan dalam komunikasi semata-mata untuk menyampaikan pesan atau informasi secara efektif. Pola komunikasi dalam fungsi bahasa ini umumnya bersifat satu arah.
• Dalam pandangan interaksional, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi terutama bertujuan untuk memelihara dan memantapkan hubungan-hubungan sosial. Pola komunikasi dalam fungsi bahasa ini bersifat dua arah, atau multi arah.
• Wacana sebagai disiplin ilmu bahasa memfokuskan kajiannya pada fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi antar penutur dengan titik tekan pada untuk apa bahasa itu digunakan, bagaimana bahasa itu digunakan, dan aspek-aspek apa saja yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut.
Sejarah
n Pada mulanya linguistik merupakan bagian dari filsafat. Linguistik modern, yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure pada akhir abad ke-19, mengkaji bahasa secara ilmiah. Kajian lingusitik modern pada umumnya terbatas pada masalah unsur-unsur bahasa, seperti bunyi, kata, frase, dan kalimat serta unsur makna (semantik). Kajian linguistik rupanya belum memuaskan. Banyak permasalahan bahasa yang belum dapat diselesaikan. Akibatnya, para ahli mencoba untuk mengembangkan disiplin kajian baru yang disebut analisis wacana.
Analisis wacana menginterpretasi makna sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks meliputi konteks linguistik dan konteks etnografi. Konteks linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti, sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa.
Manfaat melakukan kegiatan analisis wacana adalah memahami hakikat bahasa, memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa.
Analisis wacana menginterpretasi makna sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks meliputi konteks linguistik dan konteks etnografi. Konteks linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti, sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa.
Manfaat melakukan kegiatan analisis wacana adalah memahami hakikat bahasa, memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa.
- Wacana sejak kemunculannya tahun 1970-an telah diakuai sebagai disiplin ilmu tersendiri.
- Wacana sebagai disiplin ilmu tersendiri merupakan titik temu antara berbagai disiplin ilmu seperti linguistik, psikologi, sosiologi, antropologi, sejarah, politik, filsafat, dan komunikasi masa.
- Di Indonesia, wacana mulai ramai dibicarakan dan dikajai oleh para ahli bahasa pada tahun 1980-an
Pengertian






Wacana tulis dan wacana Lisan
n Wacana Tulis: Unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat yang berupa paragraf, cerita pendek, undangan atau yang lainnya, dalam bentuk tulisan. Namun ada juga wacana tulis yang tidak selengkap itu, bahkan hanya berupa kata, atau kalimat, tetapi telah memiliki pesan yang jelas. Contoh: “copet!”, “kocok dulu sebelum diminum”
n Wacana Lisan: Perkataan, ucapan, tutur yang merupakan satu kesatuan. Wacana lisan selalu diiringi faktor-faktor non kebahasaan, seperti nada suara, intonasi, mimik, dan gerakan tubuh lainnya. Karena waktor inilah maka wacana lisan sering muncul dalam bentuk yang sangat sederhana dan dalam bentuk gramatika yang sering tidak formal
Peran konteks dalam wacana
Konteks merupakan situasi tutur yang dapat mempengaruhi makna suatu interaksi. Konteks berhubungan dengan:
• Konteks yang berhubungan dengan partisipan interaksi seperti: penyapa, pesapa, dan status sosial masing-masing.
• Konteks yang berhubungan dengan tempat dan waktu. Tempat formal, waktu pagi atau siang hari, akan melahirkan wacana formal, atau atau sebaliknya.
• Konteks yang berhubungan dengan dengan topik. Suatu interaksi akan berjalan lancar jika menggunakan topik tertentu. Namun dalam kehidupan sehari-hari sering sebuah interaksi menggunakan topik yang sangat komplek, yang dalam wacana disebut kerangka topik.
• Konteks yang berhubungan dengan saluran interaksi yang digunakan. Dapat berupa lisan, tulisan, isyarat, kentongan dan sebagainya. Penggunaan setiap saluran dalam suasana formal akan bermakna berbeda dengan non formal.
• Konteks yang berhubungan dengan kode yang digunakan. Orang yang menggunakan bahasa daerah untuk berinteraksi dengan temannya akan merasa lebih bebas, jika dibanding dengan memilih kode formal, misalnya menggunakan bahasa Indonesia dalam gramatikal yang lengkap.
• Konteks yang berhubungan dengan bentuk pesan beserta isinya. Ini berhungan dengan bagaimana pesan dan isi wacana dapat dipahami oleh partisipan, sekalipun melalui lawakan, parikan, puisi dan lain sebagainya.
• Konteks yang berhubungan dengan peristiwa dengan sifat-sifatnya yang khusus. Misal: Kotbah pengajian dengan selingan lelucon, arisan ibu-ibu PKK dengan pameran perhiasan dan biro jodoh, dll.
• Konteks yang berhubungan dengan nada pembicaraan, serius, sinis, sarkastik, rayuan, dan lain sebagainya.
Prinsip Interpretasi Lokal dan Analogi
Pada dasarnya pendengar dan pembaca menginterpretasikan suatu wacana dengan menggunakan prinsip interpretasi lokal dan prinsip analogi
• Prinsip interpretasi lokal mengharuskan pendengar untuk melihat konteks yang terdekat. Orang yang dipersilakan duduk, tentu akan mencari tempat duduk terdekat. Demikian juga dengan orang yang diminta menyalakan lampu kamar, akan menekan tombol lampu kamar terdekat.
• Prinsip Analogi mengharuskan pendengar/pembaca menginterpretasikan suatu teks seperti yang telah diketahui sebelumnya, kecuali ada penjelasan yang lebih rinci.Contoh: “jual bensin campur solar”, ketika ada orang mau beli bensin campur, tentu yang dicampur adalah bensin dan oli, bukan bensin dan solar.
Implikatur, Praanggapan, Inferensi, dan Referensi dalam Wacana
- Wacana sangat memperhatikan hubungan antara pembicara/ pendengar dan penulis/ pembaca. Wacana lebih menekankan hubungan pembicara/ pendengar daripada hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya. Dalam hubungannya dengan ini perlu dikemukakan istilah:
- Implikatur: ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. “adik, air yang direbus barangkali sudah mendidih.”
- Praanggapan: pengetahuan bersama (common ground) antara pembicara dan pendengar sehingga tidak perlu diutarakan. Sumber praanggapan adalah pembicara, pembicaralah yang berpraanggapan bahwa pendengar memahami apa yang dipraangapkan.
- Inferensi: merupakan kesimpulan yang harus dibuat sendiri oleh pendengar, karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara. Sering digunakan sebagai asumsi untuk menjembatani dua hal atau ujaran yang terkait tetapi kurang jelas keterkaitannya.
Contoh:
- Anak-anak merasa gembira ketika ibu membagi-bagikan bekal makanan.
- Sayang gudegnya sedikit basi.
Inferensi yang menjembatani dua ujaran tersebut,
c. Bekal yang dibagikan ibu lauknya gudeg komplit
- Referensi: dalam analisis wacana referensi mengacu pada benda, binatang, atau orang yang dimaksudkan oleh pembicara. Tugas pendengar/pembaca adalah mengidentifikasi sesuatu yang dimaksud oleh pembicara/penulis. Oleh karena setiap orang memiliki representasi berbeda-beda terhadap dunia dan isinya, maka referensi yang dimaksud oleh pembicara belum tentu dipahami sama oleh pendengar. Untuk memperkecil perbedaan ini maka pembicara mengacu pada referensi tertentu, Contoh:
- Teman kita Mimin baru saja membeli sebuah sepeda motor.
- Rahayu ingin mendapatkan pekerjaan baru.
Kohesi dan Koherensi dalam wacana
n Kohesi merupakan keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Kohesi mengacu pada perpautan bentuk.
Hubungan kohesif sering ditandai oleh pemarkah sebagai berikut:
- Aditif seperti: dan, atau, selanjutnya, tambahan pula.
- Adversatif seperti: tetapi, sebaliknya, walaupun demikian, namun.
- Kausal seperti: jadi, akibatnya, oleh karena itu.
- Temporal seperti: lalu, setelah itu, seminggu kemudian, akhirnya.
Dalam banyak hal hubungan keserasian antarunsur dalam wacana tidak selalu menggunakan pemarkah, namun kohesinya masih sangat terasa.
• Koherensi merupakan perpautan makna dalam suatu wacana sehingga membentuk keutuhan makna. Wacana yang baik umumnya mengandung unsur kohesi dan koherensi. Artinya terdapat perpautan unsur-unsur kalimat, dan perpautan makna yang padu. Namun demikian sering ditemui sebuah wacana tampak tidak kohesif, tetapi masih keheren (dapat dipahami dengan jelas maknanya). Misalnya:
Discout, Ruko 3 Lt, AC. Telp.4 line. Perkant. Cempaka Putih. Jl. Let. Jend. Suprapto sebelah BRI, sederetan dengan LIPPO dan Exim Bank. Min 2 th. Hub. Wassy 371121, 4209900
JENIS-JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
Berdasarkan saluran yang digunakan:
- Wacana Tulis: cenderung bersifat gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frase benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat.
- Wacana Lisan: Cenderung kurang terstruktrur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frase benda tidak panjang, berstruktur topik-komen.
Berdasarkan Jumlah Peserta Yang Terlibat:
- Wacana Monolog: dalam satu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta lainnya.
- Wacana Dialog: apabila jumlah peserta komunikasi 2 orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar, atau sebaliknya).
- Wacana polilog: apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran pembicara-pendengar.
Berdasarkan Tujuan Berkomunikasi:
- Wacana Deskripsi: bertujuan membentuk suatu citra (imaginasi) tentang suatu hal pada penerima pesan. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana deskripsi adalah emosi.
- Wacana Eksposisi: bertujuan menerangkan sesuatu hal kepada penerima pesan agar yang bersangkutan memahaminya. Sering berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan.
- Wacana Argumentasi: Bertujuan mempengaruhi pendengar/ pembaca agar mau menerima pernyataan yang dipertahankannya, baik yang didasarkan pada pada pertimbangan logika maupun emosional. Untuk mempertahankan argumen dalam wacana ini diperlukan bukti-bukti yang mendukung.
Wacana Persuasi: bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan (pembicara atau penulis). Untuk mencapai tujuan mempengaruhi ini segala upaya digunakan dalam wacana ini, bahkan alasan yang tidak rasional sakalipun.
Wacana Narasi: bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa kepada pendengan atau pembaca. Isi wacana ini adalah cerita, oleh karena itu unsur-unsur yang biasa ada dalam wacana narasi adalah unsur waktu (kapan peristiwa itu terjadi), unsur tempat (di mana peristiwa itu terjadi), unsur pelaku (siapa pelaku peristiwa itu), unsur peristiwa (kejadian), dan unsur situasi (situasi yang melingkupi peristiwa).
Analisislah Wacana Berikut:
Dialog Yati Pesek dengan Gareng Lawak
dalam sebuah pementasan:
YP : Reng, tak critani ya? Ini pengalamanku waktu aku jadi
kemnten baru.
Gr : Crita apa to itu?
YP : Begini, waktu aku jadi temanten baru, malam pertama
sebelum masuk kamar tidur aku ke jedhing dulu. Karena
tergesa-gesa aku kliru ngambil handuk. Yang tak ambil
ternyata bukan handhuk, tetapi spanduk kolam renang,
dan tak gunakne untuk tapih.
Gr : Opo hubungannya dengan temanten baru yu?
YP : Mengko dhisik rungokno. Ngerti aku pakai tapih
sepanduk kolam renang, suamiku lari tunggang-
langgang kayak wong kesetanan.
Gr : Lha kok bisa ngono?
YP : Ya ternyata di sepanduk itu tertulis “kedalaman 3,5 m”
pas di bawah perutku.
Gr : Dasar wong edan
(Piranti AW: Praanggapan, konteks, genre, implikatur, kehesi,
koherensi)