PARADIGMA SOSIAL
1. Fakta sosial
a.
Teori fungsional
structural
b. Teori konflik
c.
Teori system
d.
Teori sosiologi makro
B. TEORI KONFLIK
Teori konflik adalah teori yang
memandang bahwa perubahan
sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai
yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang
menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Teori
ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok
pemisahan kelas dalam masyarakat.
Tokoh utama teori konflik adalah Ralp Dahrendorf.
Menurut
Coser konflik dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan
terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari
perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek
yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar
tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
2.
Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan
berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk
meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan
dalam masyarakat yang buta huruf pembalasan dendam biasanya melalui ilmu gaib
seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju
melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok
yang seharusnya menjadi lawan mereka.
1 SISWA SMK BOGOR TEWAS
TAWURAN, MENDIKNAS: SANGAT SEDIH
Tawuran
pelajar kian marak di tengah masyarakat. Perilaku buruk itu dinilai tak bisa
ditolerir lantaran kerap memakan korban. "Tentu sangat sedih,
meski frekuensinya tawuran sudah turun, tapi tidak bisa ditoleransi," kata
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh di Jakarta, Kamis (13/2/2014).
Untuk mencegah dan meminimalisir tawuran, Nuh
menginstruksikan kepada seluruh kepala sekolah agar kembali memberikan
pelajaran budi pekerti pada sekolah masing-masing. Pelajaran
budi pekerti ini diharapkan dapat meminimalisir fenomena tawuran yang tak
kunjung hilang pada kalangan pelajar. "Harapannnya
agar siswa-siswa ini bisa ditata. Itu peran agama yang akan kita tonjolkan
dengan adanya pelajaran budi pekerti," tambah Nuh. Tawuran antarpelajar kembali memakan korban jiwa.
Seorang siswa kelas I asal SMK Wiyata Karisma dihabisi lawannya yang diduga
berasal dari SMK Menara Siswa di Bogor, Jawa Barat, Rabu 12 Februari 2014. Pelajar
nahas itu bernama Ade Sudrajat (16). Dia tewas mengenaskan di muka umum dengan
celurit menancap di kepala. (Ali/Sss)
Hasil
Telaah/ Analisis:
Jika ditinjau
dari Teori Konflik yang memandang bahwa Perubahan
sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai
yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang
menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Dari
Kasus Siswa SMK Bogor yang tewas akibat tawuran, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan-
perubahan sosial memang baru akan muncul apabila terjadinya konflik. Kemungkinan
besar jika tidak adanya konflik tersebut, maka belum tentu Mendiknas mempunyai
inisiatif, inovatif dan kreatifitas untuk mencegah atau mengatasi masalah
seperti kasus tersebut. Seperti yang disimpulkan dari pernyataan Mendiknas yang
kemudian muncul akibat adanya tawuran siswa SMK Bogor. Adapun yang menjadi
titik perubahan yang dilakukan oleh Mendiknas adalah menekankan perubahan /
penambahan pelajaran pada siswa/I untuk mencegah terulangnya tawuran pada
siswa/I sebagai generasi penerus bangsa. Pernyataan Mendiknas tersebut adalah
sebagai berikut:
ü Untuk
mencegah dan meminimalisir tawuran, Nuh menginstruksikan kepada seluruh kepala
sekolah agar kembali memberikan pelajaran budi pekerti pada sekolah
masing-masing.
ü Budi
pekerti ini diharapkan dapat meminimalisir fenomena tawuran yang tak kunjung
hilang pada kalangan pelajar.
ü Itu
peran agama yang akan kita tonjolkan dengan adanya pelajaran budi pekerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar