Kamis, 24 April 2014

Teori Konflik


PARADIGMA SOSIAL
1.       Fakta sosial
a.       Teori fungsional structural
b.      Teori konflik
c.       Teori system
d.      Teori sosiologi makro

B. TEORI KONFLIK
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. 
Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Tokoh utama teori konflik adalah Ralp Dahrendorf.

Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua, yaitu:
1.     Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
2.     Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembalasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.


1 SISWA SMK BOGOR TEWAS TAWURAN, MENDIKNAS: SANGAT SEDIH

Tawuran pelajar kian marak di tengah masyarakat. Perilaku buruk itu dinilai tak bisa ditolerir lantaran kerap memakan korban. "Tentu sangat sedih, meski frekuensinya tawuran sudah turun, tapi tidak bisa ditoleransi," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh di Jakarta, Kamis (13/2/2014). Untuk mencegah dan meminimalisir tawuran, Nuh menginstruksikan kepada seluruh kepala sekolah agar kembali memberikan pelajaran budi pekerti pada sekolah masing-masing.  Pelajaran budi pekerti ini diharapkan dapat meminimalisir fenomena tawuran yang tak kunjung hilang pada kalangan pelajar. "Harapannnya agar siswa-siswa ini bisa ditata. Itu peran agama yang akan kita tonjolkan dengan adanya pelajaran budi pekerti," tambah Nuh. Tawuran antarpelajar kembali memakan korban jiwa. Seorang siswa kelas I asal SMK Wiyata Karisma dihabisi lawannya yang diduga berasal dari SMK Menara Siswa di Bogor, Jawa Barat, Rabu 12 Februari 2014.  Pelajar nahas itu bernama Ade Sudrajat (16). Dia tewas mengenaskan di muka umum dengan celurit menancap di kepala. (Ali/Sss)








Hasil Telaah/ Analisis:
Jika ditinjau dari Teori Konflik yang memandang bahwa Perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Dari Kasus Siswa SMK Bogor yang tewas akibat tawuran, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan- perubahan sosial memang baru akan muncul apabila terjadinya konflik. Kemungkinan besar jika tidak adanya konflik tersebut, maka belum tentu Mendiknas mempunyai inisiatif, inovatif dan kreatifitas untuk mencegah atau mengatasi masalah seperti kasus tersebut. Seperti yang disimpulkan dari pernyataan Mendiknas yang kemudian muncul akibat adanya tawuran siswa SMK Bogor. Adapun yang menjadi titik perubahan yang dilakukan oleh Mendiknas adalah menekankan perubahan / penambahan pelajaran pada siswa/I untuk mencegah terulangnya tawuran pada siswa/I sebagai generasi penerus bangsa. Pernyataan Mendiknas tersebut adalah sebagai berikut:
ü  Untuk mencegah dan meminimalisir tawuran, Nuh menginstruksikan kepada seluruh kepala sekolah agar kembali memberikan pelajaran budi pekerti pada sekolah masing-masing.
ü  Budi pekerti ini diharapkan dapat meminimalisir fenomena tawuran yang tak kunjung hilang pada kalangan pelajar.
ü  Itu peran agama yang akan kita tonjolkan dengan adanya pelajaran budi pekerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar